Sejujurnya aku belum bisa memastikan apakah masa SMA-ku lebih baik dari SMP atau sama saja. Anak SMA secara emosional rata-rata sudah cukup dewasa tak ada diantara mereka yang menyakitiku secara lisan maupun perbuatan. Masalahnya hanya ada padaku. Aku terlalu sensitive dan mudah terluka di masa itu. Aku tumbuh dengan rasa takut, rasa tegang sejak kecil dengan jantung yang berdebar selalu was-was akan apa yang berikutnya terjadi. Aku membiasakan diriku berpikir hal terburuk yang bisa terjadi padaku hari itu. Aku mulai membiasakan sikapku menjadi antara ada dan tiada. Aku pasif, ada dan tiadanya aku tak ada artinya bagi mereka. Aku sadar, sangat sadar teman-teman akan frustasi jika aku masuk kelompoknya dalam tugas/parktik kelompok mereka. Aku tak bisa memberikan kontribusi yang berarti. Aku paham, itu salahku aku tak bisa membuka diriku lebih jauh aku tumbuh dalam perasaan takut akan tersakiti, aku membentuk mekanisme perlindungan menjaga jarak dengan siapa pun aku tak
Tentang suka-sukanya Eka,